Tuesday, March 5, 2013

~:::~ Ku Temukan Cinta Pada Jilbabku~:::~



Bismillahirrohmaanirrohiim…
            Masa remaja memang masa dimana gejolak akan pengakuan diri sangatlah penting, seperti dimasa-masa ketika SMP dan SMA, sering kali kita mendengar adanya siswi-siswi populer yang notabene dijuluki seperti itu karena paras ayunya dan keaktifannya dalam berbagai organisasi siswa dan ekstrakulikuler. Seringkali terfikir olehku, "aku ingin populer seperti mereka".
            Hingga tiba saatnya ketika aku memasuki gerbang Sekolah Menengah Atas, saat itu kondisi tanganku terluka dan aku tidak ingin teman-teman mengetahui lukaku,  untuk menutupinya aku sengaja memakai seragam panjang dengan rok sekolah yang mini seperti biasanya. Mayoritas siswi disini memang berjilbab, namun hatiku kala itu belum tergerak sama sekali untuk berjilbab karena obsesi semasa SMP ku, "aku ingin jadi siswi populer". (Astaghfirullahal'adziim)
            Ketika kelas XI, aku yang berfisik lemah dan hobi bolak balik UKS setiap upacara karena tidak kuat berdiri terlalu lama merasa bosan dengan kondisi fisikku, aku pun bertekad mengikuti ekstrakulikuler beladiri kala itu. Di ekskul ini aku benar-benar mendapat teman baru, dan mayoritas siswi dari mereka pun berjilbab meski kebanyakan bersifat tomboy. Kala itu aku merasa malu dengan rambut panjangku yang tergerai sedangkan mereka tertutup. Karena merasa malu inilah akhirnya aku memutuskan untuk berjilbab ke sekolah meski belum istiqomah karena kerap kali aku membukanya setelah pulang sekolah dan keluar rumah. Namun,Mungkin inilah awalnya Allah mengenalkan jilbab padaku. Kedua orangtuaku pun heran akan perubahanku, adakalanya sang ibu protes karena aku harus membeli baju-baju panjang dan kerudung karena hampir seluruh bajuku berlengan pendek. Tapi lambat launpun mereka mengerti.
            Bergaul dengan teman-teman dari ekskul beladiri membuatku tertular akan sifat-sifat tomboy dari mereka, berjilbab namun berpakaian ketat, memakai jeans, kaos dan sweater, namun semua ini memudarkan obsesiku dulu untuk menjadi populer.
***
            Setelah lulus SMA, aku mengenyam pendidikan di bangku kuliah, saat itu aku merasa terbebas dari bebanku untuk berjilbab. Hingga aku menanggalkan jilbabku. Aku merasa memakai jilbab itu ribet, lama, dan panas, dan kala itu aku merasa aku tidaklah terlihat cantik dengan jilbab yang kukenakan (Astaghfirullah).
            Namun suatu hari, aku bertemu dengan sekelompok mahasiswi yang mengenakan jilbab lebar dengan rok dan kaos kaki, dan salah satu mahasiswi itu tergabung denganku dalam sebuah organisasi HMJ (Himpunan Mahasiswa Jurusan) bernama ESA (English Student Association). Ada sesuatu yang bergetar dalam hatiku kala itu, aku pun berbisik pada nurani, "sungguh anggun dan cantik, aku ingin seperti itu".
            Akhirnya awal masuk Semester 2 aku kenakan lagi  jilbabku yang masih standar dan jauh dari syari'at, dengan baju panjang dan celana panjang atau jeans. Namun rasanya berbeda ketika aku berjilbab sewaktu SMA, Kali ini aku benar-benar merasa nyaman dengan jilbabku. Aku bergaul dengan beberapa teman dari LDK Kampus, semakin sering bertemu mereka, rasanya semakin damai hati ini. Teringat salah satu rekanku mengatakan, "Jilbab itu salah satu bentuk kasih sayangNya kepada wanita muslimah, merugilah mereka yang mengabaikan kasih sayang itu hanya demi menjadi korban mode dan penilaian fisik".
            Aku tertegun mendengar kalimat itu, aku berusaha mencari-cari kebenaran kalimat itu, apakah benar jilbab adalah salah satu bentuk kasih sayangNya kepada kita muslimah? Akhirnya aku bertanya kesana kemari, membuka Kitab cintaNya dan aku menangis membacanya, "HaiNabi,katakanlah pada istri-istrimu,anak-anak perempuanmu dan istri-istri orang mukmin:”Hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya keseluruh tubuh mereka.”Yang demikian itu supaya mereka lebih mudah untuk dikenal,karena itu mereka tidak di ganggu.Dan Allah adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.(QS.33  al-Azhab:59)       
            Allahu Akbar ! Aku tertunduk, merasa malu pada Allah, merasa menyesal pada diriku sendiri, Dia Sang Maha Kasih telah dengan jelas menunjukkan cintaNya kepada muslimah untuk berjilbab, agar kita dikenal olehNya karena jilbab adalah identitas seorang muslimah, dan Dia ingin melindungi kita dari gangguan-ganguan luar yang membuat kita tidak nyaman. Masih pantaskah kita mengingkarinya?
            Satu ayat itu cukup mampu menggetarkan seluruh tubuhku, cahaya hidayah seolah merengkuh jiwaku. Dari situ, aku merasa sangat rindu padaNya, sangat ingin mendekat dengan lebih dekat lagi padaNya. Menyelami ilmu-ilmuNya yang selama ini aku buta.
            Aku merasa sangat haus akan ilmu agama, aku berusaha keras mengikuti mentoring teman-teman LDK Kampus, menyusup masuk meski bukan anggota dari mereka. Nyaman dan damai, aku seolah menemukan apa yang selama ini aku cari. Subhanallah.
            Namun rupanya, Allah masih ngin menguji iman dan hatiku. Saat aku merasa semuanya telah kutemukan, Ujian dan cobaan bertubi-tubi manghampiriku dan keluargaku. Kenyamanan yang baru sebentar sekali kurasakan harus kutinggalkan karena aku harus mengambil cuti kuliah dan pindah keluar kota.
            Rasanya merasa terasing ditempat baru, tidak menemukan lingkungan yang aku inginkan, membuatku memutar otak, mencari jadwal dauroh kmana-mana, hingga Allah melangkahkan kakiku untuk pergi k Rumah Qur’an Daarut Tarbiyah, Rumah bagi para penghafal Qur’an. Aku menemukan apa yang kucari disini. Semuanya berkerudung lebar, berpakaian syar’i dan yang pasti sangat kental akan Al Qur’an.
            Belajar banyak dari mereka, dan aku benar-benar merasa memiliki rumah di tempat yang baru. Merasa nyaman dengan diriku yang sekarang, dan kini ku benar-benar mengerti, jilbab itu sederhana, anggun, tidak panas dan membuat kita terlihat bersahaja dan keibuan.
Banyak yang mengatakan bahwa perubahanku sangatlah drastis. Ada yang memuji bahkan mencaci, termasuk keluarga besarku sendiri yang menentang keras perubahanku. Seringkali dibilang terlalu fanatik, berlebihan yah ku abaikan saja. Sering dipanggil ustadzah, diaminkan saja, sering dibilang kaya emak-emak, alhamdulillah kan calon Ibu. Itulah warna warni yang harus dileawti ketika seekor ulat bersusah payah tuk ingin menjadi seekor kupu-kupu anggun dan cantik. Innallaha ma'ana, Yakinlah Allah selalu bersama kita.

Depok, 23 Rabi’ul Tsani 1434 Hijriah
Tulisan ini aku ikut sertakan dalam #HarifaWritingContest (http://www.facebook.com/notes/harifa-boutique/lomba-menulis-aku-jilbabku/554413744582649)

No comments:

Post a Comment