Tuesday, March 26, 2013

What An Extraordinary Lecturer



Tuesday, 26th March 2013

                What a shocking night.. !! Mungkin itu kalimat pertama yang terfikirkan olehku setelah melalui kuliah dengan dosen yang luar biasa supeeerrrr…….!!!  Padahal ini pertemuan kedua ku dengan dosen yang satu ini. Namana Hj.Sri M Turut, embel-embel jabatannya aku belum tau, hehe tapi masih saja diriku dikejutkan  dengan cara beliau mengajar.
Beliau mengajar mata kuliah English Syntax dikelasku S4D, Beliau sosok dosen yang sangat detail, baik dalam penyampaian materi, prosedur atau dalam kedisiplinan. Survey dari kalangan mahasiswa yang pernah beliau ajar mengatakan bahwa beliau sangat pelit akan nilai, yah memang begitu.. sangat ketat akan perihal absensi, gag masuk satu kali pertemuanpun bakal dikejer dan ditagih harus ganti pertemuan yang absen… luar biasaaa.
Dan yang lebih luar biasanya lagi, usia beliau itu loohh.. saya yakiinnnn betul lebih dari 60 tahun.. beliau lebih tua dari nenek saya. Beliau sering batuk-batuk saat mengajar and can you imagine… kalau kelas yang harus beliau ajar itu ada di lantai lima??? Subhanallah… Belum lagi beliau tidak diantar jemput selama mengajar… beliau pulang sendiri naik angkot ke daerah Pancoran Jakarta Selatan… walhasil, kalau jarum jam udah mendekati jam 21:30, beliau sudah gelisah karena jam-jam segitu angkot yang beliau tuju sudah jarang .
                Terus apa yang ngebuat shock??? Cara ngajarnya itu lohhh… bayangkaann… beliau mengajar dan menerangkan materi dengan kecepatan tinggi, setara ama kecepatan cahaya mungkin (lebaayy)… yah walaupun ngerti sh ama materi yang beliau sampaikan karena orangnya detail dalam penyampaian… tapi  tangan sama otak jadi kerja rodi, satu sisi harus memahami, sisi lain , tangan mesti nulis catetan dengan cepat biar gag ketinggalan.
Puncaknya nih, beliau ceritanya ngasih soal, beliau tulis di white board,  soalnya bentuk essay atau isian sebanyak 20 soal… otomatis tmen kelas mayoritas pada nulis soalnya dulu semua baru jawabannya terakhir…karena tulisan di white board sering ketutupan sama beliau yang lagi nulis, bnyak anak kelas yang ketinggalan nulis soal. Eh pas beliau selesai nulis soal di white board, kurang dari 5 menit kemudian, soal yang kita tulis di kertas mesti harus dikumpulin, beliau ambil tuh satu-satu dari kita…. dicacak untuk diperiksa dan dinilai skornya… ekspresi wajah saat itu #Mlongo alias terbengong-bengong
gmana gag mlongo, wong soalnya ajah belum selese ditulis udah suruh dikumpulin en dinilai …-___-"
Luar biasa kaannn.. untungnya lumayan ada beberapa soal yang udah langsung kujawab…
Pas Koreksi punya temen ternyata bnyak yg lebih parah… mayoritas belum poda di isi dan bahkan soalnya ajah blum selesai.. LUAR BIASA KAN????

Tapi satu hal yang membuatku saluuuutt sama beliaauuu… Semangaat beliau mengajar,… apalagi di usianya yang begitu renta… halangan tidak membuatnya menyerah bahkan mundur untuk mengajar,,, kedisiplinannya dalam waktu dan ketelitiannya dalam mengamati sangatlah patut untuk ditiru… Yah walaupun dengan seabreg kejutan-kejutan yang selalu beliau berikan di setiap pertemuannya.
Really proud of her… :')

Pelajaan buat diri ini yang masih suka mengeluh ketika menghadapi segelintir masalah dalam mengajar… Hmm perbaiki niat, tata semangaattttt .. "keep moving on forward, don't give a shit about what anybody thinks, do what you have to do, for you".
Keep spirit all along.., Salam semangattt… ^^

~ Mutiara Embun~

Tuesday, March 5, 2013

~:::~ Ku Temukan Cinta Pada Jilbabku~:::~



Bismillahirrohmaanirrohiim…
            Masa remaja memang masa dimana gejolak akan pengakuan diri sangatlah penting, seperti dimasa-masa ketika SMP dan SMA, sering kali kita mendengar adanya siswi-siswi populer yang notabene dijuluki seperti itu karena paras ayunya dan keaktifannya dalam berbagai organisasi siswa dan ekstrakulikuler. Seringkali terfikir olehku, "aku ingin populer seperti mereka".
            Hingga tiba saatnya ketika aku memasuki gerbang Sekolah Menengah Atas, saat itu kondisi tanganku terluka dan aku tidak ingin teman-teman mengetahui lukaku,  untuk menutupinya aku sengaja memakai seragam panjang dengan rok sekolah yang mini seperti biasanya. Mayoritas siswi disini memang berjilbab, namun hatiku kala itu belum tergerak sama sekali untuk berjilbab karena obsesi semasa SMP ku, "aku ingin jadi siswi populer". (Astaghfirullahal'adziim)
            Ketika kelas XI, aku yang berfisik lemah dan hobi bolak balik UKS setiap upacara karena tidak kuat berdiri terlalu lama merasa bosan dengan kondisi fisikku, aku pun bertekad mengikuti ekstrakulikuler beladiri kala itu. Di ekskul ini aku benar-benar mendapat teman baru, dan mayoritas siswi dari mereka pun berjilbab meski kebanyakan bersifat tomboy. Kala itu aku merasa malu dengan rambut panjangku yang tergerai sedangkan mereka tertutup. Karena merasa malu inilah akhirnya aku memutuskan untuk berjilbab ke sekolah meski belum istiqomah karena kerap kali aku membukanya setelah pulang sekolah dan keluar rumah. Namun,Mungkin inilah awalnya Allah mengenalkan jilbab padaku. Kedua orangtuaku pun heran akan perubahanku, adakalanya sang ibu protes karena aku harus membeli baju-baju panjang dan kerudung karena hampir seluruh bajuku berlengan pendek. Tapi lambat launpun mereka mengerti.
            Bergaul dengan teman-teman dari ekskul beladiri membuatku tertular akan sifat-sifat tomboy dari mereka, berjilbab namun berpakaian ketat, memakai jeans, kaos dan sweater, namun semua ini memudarkan obsesiku dulu untuk menjadi populer.
***
            Setelah lulus SMA, aku mengenyam pendidikan di bangku kuliah, saat itu aku merasa terbebas dari bebanku untuk berjilbab. Hingga aku menanggalkan jilbabku. Aku merasa memakai jilbab itu ribet, lama, dan panas, dan kala itu aku merasa aku tidaklah terlihat cantik dengan jilbab yang kukenakan (Astaghfirullah).
            Namun suatu hari, aku bertemu dengan sekelompok mahasiswi yang mengenakan jilbab lebar dengan rok dan kaos kaki, dan salah satu mahasiswi itu tergabung denganku dalam sebuah organisasi HMJ (Himpunan Mahasiswa Jurusan) bernama ESA (English Student Association). Ada sesuatu yang bergetar dalam hatiku kala itu, aku pun berbisik pada nurani, "sungguh anggun dan cantik, aku ingin seperti itu".
            Akhirnya awal masuk Semester 2 aku kenakan lagi  jilbabku yang masih standar dan jauh dari syari'at, dengan baju panjang dan celana panjang atau jeans. Namun rasanya berbeda ketika aku berjilbab sewaktu SMA, Kali ini aku benar-benar merasa nyaman dengan jilbabku. Aku bergaul dengan beberapa teman dari LDK Kampus, semakin sering bertemu mereka, rasanya semakin damai hati ini. Teringat salah satu rekanku mengatakan, "Jilbab itu salah satu bentuk kasih sayangNya kepada wanita muslimah, merugilah mereka yang mengabaikan kasih sayang itu hanya demi menjadi korban mode dan penilaian fisik".
            Aku tertegun mendengar kalimat itu, aku berusaha mencari-cari kebenaran kalimat itu, apakah benar jilbab adalah salah satu bentuk kasih sayangNya kepada kita muslimah? Akhirnya aku bertanya kesana kemari, membuka Kitab cintaNya dan aku menangis membacanya, "HaiNabi,katakanlah pada istri-istrimu,anak-anak perempuanmu dan istri-istri orang mukmin:”Hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya keseluruh tubuh mereka.”Yang demikian itu supaya mereka lebih mudah untuk dikenal,karena itu mereka tidak di ganggu.Dan Allah adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.(QS.33  al-Azhab:59)       
            Allahu Akbar ! Aku tertunduk, merasa malu pada Allah, merasa menyesal pada diriku sendiri, Dia Sang Maha Kasih telah dengan jelas menunjukkan cintaNya kepada muslimah untuk berjilbab, agar kita dikenal olehNya karena jilbab adalah identitas seorang muslimah, dan Dia ingin melindungi kita dari gangguan-ganguan luar yang membuat kita tidak nyaman. Masih pantaskah kita mengingkarinya?
            Satu ayat itu cukup mampu menggetarkan seluruh tubuhku, cahaya hidayah seolah merengkuh jiwaku. Dari situ, aku merasa sangat rindu padaNya, sangat ingin mendekat dengan lebih dekat lagi padaNya. Menyelami ilmu-ilmuNya yang selama ini aku buta.
            Aku merasa sangat haus akan ilmu agama, aku berusaha keras mengikuti mentoring teman-teman LDK Kampus, menyusup masuk meski bukan anggota dari mereka. Nyaman dan damai, aku seolah menemukan apa yang selama ini aku cari. Subhanallah.
            Namun rupanya, Allah masih ngin menguji iman dan hatiku. Saat aku merasa semuanya telah kutemukan, Ujian dan cobaan bertubi-tubi manghampiriku dan keluargaku. Kenyamanan yang baru sebentar sekali kurasakan harus kutinggalkan karena aku harus mengambil cuti kuliah dan pindah keluar kota.
            Rasanya merasa terasing ditempat baru, tidak menemukan lingkungan yang aku inginkan, membuatku memutar otak, mencari jadwal dauroh kmana-mana, hingga Allah melangkahkan kakiku untuk pergi k Rumah Qur’an Daarut Tarbiyah, Rumah bagi para penghafal Qur’an. Aku menemukan apa yang kucari disini. Semuanya berkerudung lebar, berpakaian syar’i dan yang pasti sangat kental akan Al Qur’an.
            Belajar banyak dari mereka, dan aku benar-benar merasa memiliki rumah di tempat yang baru. Merasa nyaman dengan diriku yang sekarang, dan kini ku benar-benar mengerti, jilbab itu sederhana, anggun, tidak panas dan membuat kita terlihat bersahaja dan keibuan.
Banyak yang mengatakan bahwa perubahanku sangatlah drastis. Ada yang memuji bahkan mencaci, termasuk keluarga besarku sendiri yang menentang keras perubahanku. Seringkali dibilang terlalu fanatik, berlebihan yah ku abaikan saja. Sering dipanggil ustadzah, diaminkan saja, sering dibilang kaya emak-emak, alhamdulillah kan calon Ibu. Itulah warna warni yang harus dileawti ketika seekor ulat bersusah payah tuk ingin menjadi seekor kupu-kupu anggun dan cantik. Innallaha ma'ana, Yakinlah Allah selalu bersama kita.

Depok, 23 Rabi’ul Tsani 1434 Hijriah
Tulisan ini aku ikut sertakan dalam #HarifaWritingContest (http://www.facebook.com/notes/harifa-boutique/lomba-menulis-aku-jilbabku/554413744582649)