By : Aldurriyatul Jannah (Aya)
Tasbih,
itulah kalimat pertama yang kuucapkan setiap kali ku datang ke tempat ini.
Tempat yang mampu memberiku rasa yang
berbeda. Kenyamanan, keteduhan dan kedamaian. Aku merasa inilah pantaiku….hanya
aku…tempat dimana kumampu melukiskan semua yang kumau. Tidak ada yang lain.
Hanya aku dan pantaiku. Semuanya kunikmati seperti biasanya, menyelami khayal
dan semua mimpi disini. Dan lagi-lagi hanya ada aku…aku dan pantaiku.
18
Februari 2012 . Saat bersejarah dimana semuanya bermula. Saat seseorang hadir
menembus dimensi ruang khayalku. Entahlah bagaimana ia bias melakukannya. Ia berani
hadir dengan kuas baru….kuas yang kami pakai untuk melukis pelangi di Pantaiku.
Memberi warna warni baru yang tak pernah kulukis sebelumnya.
Kesempurnaan, yah itulah yang kurasa.
Aku merasa sempurna dengan kehadirannya. Dia yang mampu menutupi celah-celah
kekurangan yang kumiliki. Dia yang mampu melengkapi semua warna indah yang
belum kutemui. Hingga semilir anginpun bernyanyi, ombak menari-nari, dan pasir
yang berbisik-bisik melihat tawa senyum yang menghiasi rona wajah kami.
Semuanya terasa indah sampai mentari lelah menyinari dan perlahan-lahan
kehilangan sinarnya., dan kamipun pergi.
Suatu saat, kucoba menulis
lembaran-lembaran kisah di pantai ini. Kisah yang tak akan pernah habis
termakan waktu. Dan iapun kembali dating, merubah tinta perak menjadi emas.
Namun, ada yang berbeda di senyumnya kala itu. Ada sesuatu yang hilang disana.
Pancaran keteduhan di wajahnya sedikit redup. Ia pun berlalu.
Entah
perasaan apa yang menggelayutiku. Perasaan terluka melihat senyuman yang tak
terpancar dari hatinya. Melihat segores luka yang meredupkan sinarnya. Sungguh
itu membuatku sangat terluka. Ku duduk
terdiam di bibir pantai. …mengalunkan syair-syair do’a, berharap agar Yang Maha
Kuasa mengembalikan senyum itu. …mengembalikan rona wajah itu. Karena senyum
dan wajah itulah yang mampu membuatku bertahan, yang mampu membuatku tak mudah
terhempas.
Tanpa sadar, butiran bening ini mulai
berjatuhan, awan mendung menyelimuti, ombak bergulung menampar bibir pantai
tanpa henti. Dan inilah saatku pergi.
Aku berharap keajaiban
terjadi, aku berharap dia hadir secara tiba-tiba dihadapanku. Karena kutakmampu
menemui pantaiku lagi dan artinya, akupun tak bias bertemu dengannya lagi.
Aku tersadar akan sesuatu, bahwa kini
pantai itu bukan pantaiku lagi, tapi pantai kita. Ya, pantai kita.
Karena pantai itu tidak akan sempurna
tanpa kehadirannya. Aku hanya berharap, suatu saat nanti kumampu melihat senyum
itu lagi…melihat wajah yang berseri.
Walaupun ku tak mampu
menemui pantai kita lagi disana, tapi tahukah kamu…..bahwa kusudah menemukan
pantai baru. Pantai yang selalu bias menyuguhkan harapan-harapan indah dan
membuatku tak pernah menyerah. Dan pantai itu adalah dirimu.
Maka kumohon, jadilah pantai yang tak
pernah terkikis oleh derasnya arus ombak. Jadilah pantai yang mampu memberikan
kesejukan, knyamanan, dan kedamaian. Dan aku percaya, suatu saat nanti saat ku
kembali…..pantai itu akan lebih indah dari sebelumnya…..dan akan menjadi pantai
paling indah dalam hidupku. ^^